IEDUL FITHRI DAN KEKOMPAKAN UMMAT
Oleh: Muhsin MK
IEDUL Fithri merupakan Hari Raya yang selalu dirayakan ummat Islam Indonesia dengan semarak. Kesemarakan terlihat dari kesibukan mereka mempersiapkan diri untuk merayakannya. Mulai dari urusan bagi-bagi hadiah uang, membeli pakaian baru, dan memasak makanan yang khas Hari Raya.
Walau dalam keadaan ékonomi sedang mengalami pelemahan, harga-harga naik dan biaya hidup makin berat, namun semangat ummat tetap tinggi dalam merayakan Iedul Fithri. Mereka tetap berusaha dengan rizki dan kemampuan yang ada untuk merayakannya dengan meriah dan semarak. Mereka pandang sebagai bagian rasa syukur kepada Allah SWT.
Walaupun ajaran-Nya hanya memfokuskan pada pelaksanaan sholat Ied, mendegangarkan khutbah, bersalam-salaman sambil berjabat tangan dan megucapkan taqobbalallahu minna wa minkum. Termasuk memberikan infaq dalam mendukung pelaksanaan sholat Ied. Sehingga panitia sholat mendapatkan dana yang lebih untuk menutupi biaya operasionalnya. Bahkan tidak jarang berlebih sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang lain. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan pelaksanaan sholat Iedul Fithri tahun depan dan Iedul Adlha.
Suasana Iedul Fithri pun tidak terganggu dengan keadaan ekonomi Negara. Ummat Islam yang merayakannya tampak berbahagia dan bergembira sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. Wajah-wajah cerah, senyum indah dan ramah-tamah menghiasi Hari Raya. Apalagi selepas shalat dan mendengarkan khutbah. Wajah berseri-seri sehabis rukuk dan sujud benar-benar terpancar dari setiap diri ummat yang berhari raya. Semuanya tak ada yang bersedih dan berduka. Sehingga suasana ummat dalam Iedul Fithri ini mencerminkan wujud masyarakat Islam. Mereka saling berkasih sayang dan saling mendo’akan menambah kuat persaudaraan.
Anak-anak pun mendapat rizki dalam berhari raya. Setiap ummat Islam berusaha menggembirakan mereka dengan memberinya hadiah uang. Para orang-tua sudah mempersiapkan uang pecahan jauh-jauh hari. Siapa yang datang bertamu, baik keluarga, tetangga dan handai taulan, anak-anaknya akan diberi hadiah.
Pemberian ini tidak dimasukkan untuk mendidik anak-anak menjadi peminta-minta. Ini merupakan pendidikan bahwa dalam berhari raya tetap harus saling berbagi. Yang kuat ekonominya berbagi dengan yang lemah ekonominya. Yang kaya berbagi dengan kaum dluafa. Orang-tua berbagi kepada anak-anak. Sehingga saat anak itu dewasa ia pun akan terlatih untuk berbagi di kala berhari raya.
Setiap keluarga berusaha menyiapka pakaian baru atau yang rapih da bersih pada saat menyiapkan Iedul Fithri. Pakaian baru bukan untuk pamer. Pakaian baru dipakai saat melaksanakan shalat Ied. Selain sebagai wujud syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rizki sehingga mereka bisa membeli pakaian baru termasuk untuk shalat, juga untuk menanamkan kepada anak-anak agar merayakan Iedul Fithri dengan kekhusyu’an dan keindahan, diiringi dengan kegembiraan dan keceriaan. Semua anak pasti gembira dan ceria apabila dibelikan pakaian baru, apalagi dalam merayakan Iedul Fithri.
Sesudah kembali dari melaksanakan shalat ke rumah masing-masing maka ummat dapat menikmati masakan khas Hari Raya yang dipersiapkan sebelumnya. Meyiapkan masakan khusus Iedul Fithri menjadi bagian dalam menyemarakkan suasana dan menggembirakan anggota keluarga dan anak-anak. Apalagi dalam hidup sehari-hari tidak pernah memakan daging, maka pada Hari Raya dapat menikmati daging sapi atau daging ayam. Dan pada umumnya daging itu untuk menemani nasi ketupat disertai sayur sesuai selera masing-masing. Tanpa ketupat seakan tidak lengkap dalam merayakan Iedul Fithri. Apalagi Iedul Fithri 1 Syawwal adalah hari berbuka. Ummat Islam diharamkan berpuasa. Karena itu mereka menyiapkan beraneka ragam makanan besar dan kecil. Namun ketupat sayur menjadi menu utama Hari Raya. Sehingga mereka pun menyebut Iedul Fithri sebagai Hari Raya Ketupat.
Namun Hari Raya ini bukan hanya urusan perut dan pakaian baru. Iedul Fithri juga hari untuk menjalin hubungan silaturrahim keluarga, tetangga dan handai taulan. Setelah urusan di rumah selesai maka dilanjutkan untuk bersilaturrahim dan berkeliling mendatangi atau didatangi keluaraga, tetangga dan handai taulan. Pertemuan silaturrahim ini selain untuk saling mendo’akan dan meminta atau memberi maaf, juga untuk membangun kekeluargaan, kebersamaan dan kekompakan baik dengan keluarga, tetangga dan handai taulan. Membangun kekeluargaan dalam rangka memperkuat hubungan keluarga, tetangga dan handai taulan. Hubungan ini sedemikian penting dalam membangun keluarga yang kuat, utuh dan harmoni. Tetangga yang rukun damai dan aman, dan handai taulan yang utuh, bersatu dan kompak. Itulah sebabnya pada dasarnya Iedul Fithri adalah Hari Raya yang dapat membangun kekompakkan ummat, baik sebagai keluarga, tetangga dan handai taulan. Kekompakkan harus tetap dipelihara, sehingga ummat Islam menjadi kuat dan tidak digoyang dan dihancurkan pihak manapun. Selamat Iedul Fithri 1439 H. Taqobbalallahu minna wa minkum. ***
Oleh: Muhsin MK
IEDUL Fithri merupakan Hari Raya yang selalu dirayakan ummat Islam Indonesia dengan semarak. Kesemarakan terlihat dari kesibukan mereka mempersiapkan diri untuk merayakannya. Mulai dari urusan bagi-bagi hadiah uang, membeli pakaian baru, dan memasak makanan yang khas Hari Raya.
Walau dalam keadaan ékonomi sedang mengalami pelemahan, harga-harga naik dan biaya hidup makin berat, namun semangat ummat tetap tinggi dalam merayakan Iedul Fithri. Mereka tetap berusaha dengan rizki dan kemampuan yang ada untuk merayakannya dengan meriah dan semarak. Mereka pandang sebagai bagian rasa syukur kepada Allah SWT.
Walaupun ajaran-Nya hanya memfokuskan pada pelaksanaan sholat Ied, mendegangarkan khutbah, bersalam-salaman sambil berjabat tangan dan megucapkan taqobbalallahu minna wa minkum. Termasuk memberikan infaq dalam mendukung pelaksanaan sholat Ied. Sehingga panitia sholat mendapatkan dana yang lebih untuk menutupi biaya operasionalnya. Bahkan tidak jarang berlebih sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang lain. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan pelaksanaan sholat Iedul Fithri tahun depan dan Iedul Adlha.
Suasana Iedul Fithri pun tidak terganggu dengan keadaan ekonomi Negara. Ummat Islam yang merayakannya tampak berbahagia dan bergembira sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. Wajah-wajah cerah, senyum indah dan ramah-tamah menghiasi Hari Raya. Apalagi selepas shalat dan mendengarkan khutbah. Wajah berseri-seri sehabis rukuk dan sujud benar-benar terpancar dari setiap diri ummat yang berhari raya. Semuanya tak ada yang bersedih dan berduka. Sehingga suasana ummat dalam Iedul Fithri ini mencerminkan wujud masyarakat Islam. Mereka saling berkasih sayang dan saling mendo’akan menambah kuat persaudaraan.
Anak-anak pun mendapat rizki dalam berhari raya. Setiap ummat Islam berusaha menggembirakan mereka dengan memberinya hadiah uang. Para orang-tua sudah mempersiapkan uang pecahan jauh-jauh hari. Siapa yang datang bertamu, baik keluarga, tetangga dan handai taulan, anak-anaknya akan diberi hadiah.
Pemberian ini tidak dimasukkan untuk mendidik anak-anak menjadi peminta-minta. Ini merupakan pendidikan bahwa dalam berhari raya tetap harus saling berbagi. Yang kuat ekonominya berbagi dengan yang lemah ekonominya. Yang kaya berbagi dengan kaum dluafa. Orang-tua berbagi kepada anak-anak. Sehingga saat anak itu dewasa ia pun akan terlatih untuk berbagi di kala berhari raya.
Setiap keluarga berusaha menyiapka pakaian baru atau yang rapih da bersih pada saat menyiapkan Iedul Fithri. Pakaian baru bukan untuk pamer. Pakaian baru dipakai saat melaksanakan shalat Ied. Selain sebagai wujud syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rizki sehingga mereka bisa membeli pakaian baru termasuk untuk shalat, juga untuk menanamkan kepada anak-anak agar merayakan Iedul Fithri dengan kekhusyu’an dan keindahan, diiringi dengan kegembiraan dan keceriaan. Semua anak pasti gembira dan ceria apabila dibelikan pakaian baru, apalagi dalam merayakan Iedul Fithri.
Sesudah kembali dari melaksanakan shalat ke rumah masing-masing maka ummat dapat menikmati masakan khas Hari Raya yang dipersiapkan sebelumnya. Meyiapkan masakan khusus Iedul Fithri menjadi bagian dalam menyemarakkan suasana dan menggembirakan anggota keluarga dan anak-anak. Apalagi dalam hidup sehari-hari tidak pernah memakan daging, maka pada Hari Raya dapat menikmati daging sapi atau daging ayam. Dan pada umumnya daging itu untuk menemani nasi ketupat disertai sayur sesuai selera masing-masing. Tanpa ketupat seakan tidak lengkap dalam merayakan Iedul Fithri. Apalagi Iedul Fithri 1 Syawwal adalah hari berbuka. Ummat Islam diharamkan berpuasa. Karena itu mereka menyiapkan beraneka ragam makanan besar dan kecil. Namun ketupat sayur menjadi menu utama Hari Raya. Sehingga mereka pun menyebut Iedul Fithri sebagai Hari Raya Ketupat.
Namun Hari Raya ini bukan hanya urusan perut dan pakaian baru. Iedul Fithri juga hari untuk menjalin hubungan silaturrahim keluarga, tetangga dan handai taulan. Setelah urusan di rumah selesai maka dilanjutkan untuk bersilaturrahim dan berkeliling mendatangi atau didatangi keluaraga, tetangga dan handai taulan. Pertemuan silaturrahim ini selain untuk saling mendo’akan dan meminta atau memberi maaf, juga untuk membangun kekeluargaan, kebersamaan dan kekompakan baik dengan keluarga, tetangga dan handai taulan. Membangun kekeluargaan dalam rangka memperkuat hubungan keluarga, tetangga dan handai taulan. Hubungan ini sedemikian penting dalam membangun keluarga yang kuat, utuh dan harmoni. Tetangga yang rukun damai dan aman, dan handai taulan yang utuh, bersatu dan kompak. Itulah sebabnya pada dasarnya Iedul Fithri adalah Hari Raya yang dapat membangun kekompakkan ummat, baik sebagai keluarga, tetangga dan handai taulan. Kekompakkan harus tetap dipelihara, sehingga ummat Islam menjadi kuat dan tidak digoyang dan dihancurkan pihak manapun. Selamat Iedul Fithri 1439 H. Taqobbalallahu minna wa minkum. ***