HILMAH
DI BALIK MUSIBAH
Oleh: Dani Asmara
BELUMLAH reda duka dan air mata Bangsa Indonesia atas musibah
gempa bumi berkekuatan 7 SR yang menimpa Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB)
dengan korban jiwa lebih dari 564 orang pada Agustus 2018. Selanjutnya, gempa
bumi 7,4 SR yang disertai tsunami terjadi di Palu dan Donggala Sulawesi
Tenggara (Jumat, 28/9/2018). Hitungan sementara lebih dari 1.411 orang
meninggal dan ratusan orang lainnya diperkirakan masih tertimbun reruntuhan.
Memang, dalam menjalani hidup kita
tentunya ingin selalu sehat, untung, sukses disukai banyak orang, dan terhindar
dari musibah atau bencana. Namun, pada kenyataannya kita mengalami sakit,
kerugian, gagal, tidak disukai orang dan sering kali ditempa bala bencana tidak
mengenakan yang sering kita sebut sebagai musibah. Persoalanya bagaimana sikap
kita dalam menghadapi segala musibah dan bencana?
Pada hakikatnya semua manusia
akan mendapatkan dua ujian dari Allah SWT. Ada ujian berupa kebaikan seperti sehat,
senang, cerdas dan banyak uang. Namun ada juga ujian yang datang berupa kesedihan
seperti sakit, kematian, bencana dan mala petaka. Allah SWT berfirman bahwa setiap
yang bernyawa pasti akan mengalami kematian,
Allah SWT akan menguji (fitnatan) dengan kebaikan dan keburukan,
dan hanya kepada Allah semua dikembalikan. Mengenai kematian, hanya waktu
tempat dan caranya saja yang berbeda. Ada yang meninggal di rumah sakit, di
atas kasur, di jalanan karena kecelakaan, terkena longsor dan banjir atau dari
pesawat yang jatuh.
Namun kita selalu menganggap
kalau ujian itu berupa keburukan saja seperti sakit dan mendapat bencana. Padahal
kesenangan berupa sehat, aman, kaya, pintar pun sebenarnya merupakan ujian
hidup juga. Dan ternyata manusia banyak yang gagal ketika diuji dengan
kesenangan. Sedangkan ketika diuji dengan kesusahan dan penderitaan justeru banyak
orang yang mampu melewatinya menjadikannya lebih sadar dan mengembalikan semua persoalan
kepada Allah SWT.
Mengenai
ujian ini, Allah SWT berfirman, ”Dan
benar-benar kami akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, harta yang
berkurang, jiwa yang hilang, dan kekurangan buah-buahan. Dan beri kabar gembira
bagi orang yang sabar, yaitu orang yang ketika ditimpa musibah ia berkata inna
lillahi waina illaihi rajiun” (Q.S. Al-Baqarah 155-156). Ayat ini sekaligus menunjukan
bahwa kalimat inna lillahi bukan
untuk orang yang meninggal saja, tetapi untuk semua musibah dalam bentuk
keburukan yang menimpa kita semua.
Lalu, mengapa Allah SWT memberikan
ujian dalam bentuk bencana? Dalam surat Al-Araf ayat 168, Allah SWT juga berfirman
“Kami pecah mereka di dunia menjadi dua
golongan; ada yang saleh dan ada juga yang tidak saleh. Kami uji mereka dengan
nikmat baik dan bencana buruk, agar mereka kembali pada kebenaran”. Bagi
orang saleh tentu musibah dan bencana akan membuat sadar, bahwa di luar dirinya
ada yang berkuasa. Harta, kekuasaan teknologi modern ternyata sangat tidak
berarti, saat berhadapan dengan takdir Allah SWT. Sehingga dengan bencana akan semakin
lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
Dalam hadits Muslim dijelaskan bahwa sesungguhnya mengagumkan
segala urusan bagi orang Mukmin, semuanya baik dan tidak pernah ditemukan
kecuali pada orang Mukmin. Jika ditimpa kesenangan orang Mukmin akan syukur dan
itu menjadi baik baginya dan jika ditimpa musibah seperti sakit, bencana, dan kematian
orang Mukmin akan sabar dan itu juga akan menjadi baik baginya. Menurut Hadits Bukhari
Muslim,”Tidak ada yang menimpa seorang Muslim,
rasa lelah, sakit, bingung, sedih, kesusahan, sampai duri yang menusuknya,
pasti Allah akan mengampuni dari dosa-dosanya”.
Musibah dan bencana juga akan
membuat orang mukmin semakin sadar kalau perbuatan angkara murka yang
dilakukannya akan menuai bencana karena musibah bisa datang disebabkan kesalahan
dan ulah manusia, sesuai firman Allah SWT, “Musibah apa pun yang menimpamu
disebabkan oleh perbuatanmu sendiri. Allah memaafkan sebagian besar kesalahanmu
dan kamu tidak akan bisa melepaskan diri, tanpa pertolongan Allah (Q.S. Asy-Syura:
30-31).
Seorang sahabat pernah bertanya
kepada Rasulullah SAW, mungkinkah penduduk suatu negeri dibinasakan padahal di
negeri tersebut ada orang saleh? Kata Nabi SAW, bisa saja, jika orang salehnya berdiam
diri terhadap kemaksiatan yang ada di sekelilingnya. Bedanya, kemudian orang
salah akan mendapat ampunan dan keridloan-Nya.
Kemudian, apa yang mesti kita
lakukan ketika menghadapi bencana dan musibah? Tentu saja kita semua harus
bersabar, seperti yang pernah dinasehatkan Luqman Nulhakim kepada putranya, “Hai Anaku! laksanakan shalat, ajak manusia
melakukan perbuatan baik, cegah dari perbuatan munkar, dan bersabarlah terhadap
ujian/musibah yang menimpamu. Sesungguhnya itu sangat penting” (Q.S.
Luqman: 17). Dan sesungguhnya bagi orang yang sabar akan mendapat pahala tanpa
batas.
Semoga saja kita semua diberikan
kekuatan dan kesabaran atas segala musibah dan bencana yang menimpa serta meyakini
bahwa akan selalu ada hikmah dibalik musibah. Setidaknya bagi orang yang sabar,
musibah dan bencana adalah sarana penghapus dosa.Wallahu a’lam. ***
Tags:
Tabyin